Nusantaratv.com - BMW optimis dapat kembali mencatatkan pertumbuhan di pasar otomotif terbesar dunia, China, lewat peluncuran lini kendaraan listrik barunya, Neue Klasse.
Seri inovatif ini menandai langkah besar perusahaan dalam merombak portofolio produk, dimulai dengan model perdananya yang diperkenalkan pekan ini.
"Kami sangat kompetitif dengan produk baru ini," kata Walter Mertl, Direktur Keuangan BMW, kepada Reuters, dikutip Minggu (7/9/2025).
"Seiring hadirnya lebih banyak model Neue Klasse, kami yakin bisa kembali tumbuh di pasar Tiongkok," sambungnya.
BMW, seperti produsen otomotif Eropa lainnya, tengah menghadapi tantangan berat di China.
Persaingan dengan merek lokal yang semakin agresif serta krisis sektor properti telah menurunkan minat konsumen kalangan atas untuk membeli mobil baru. Akibatnya, penjualan BMW di China anjlok 15,5% pada paruh pertama 2025.
Namun, Mertl tetap optimis. Setelah memperkenalkan Neue Klasse iX3, SUV listrik yang akan mulai dipasarkan di China pada musim panas 2026, dia mengatakan tidak khawatir terhadap prospek bisnis BMW di negara tersebut.
Peluncuran ini juga menjadi pemanasan menjelang Pameran Mobil IAA 2025 di Munich, Jerman, di mana para produsen Eropa berupaya mempertahankan daya saing menghadapi gelombang masuknya merek-merek otomotif China.
Salah satu keunggulan utama iX3 adalah efisiensi biaya. Menurut Mertl, biaya baterai model baru ini 40-50% lebih rendah dibandingkan generasi sebelumnya. Ini menjadi kunci penting dalam meningkatkan margin keuntungan perusahaan.
BMW menargetkan iX3 akan mencapai paritas margin dengan kendaraan bermesin pembakaran internal (ICE) pada awal 2026.
Perusahaan juga memproyeksikan margin EBIT otomotif sebesar 5% hingga 7% pada 2025, dengan target jangka panjang naik ke kisaran 8% hingga 10%.
Seiring peluncuran Neue Klasse, BMW merencanakan penghentian produksi model-model lama secara bertahap hingga akhir dekade ini.
Sementara itu, terkait tarif impor di Amerika Serikat (AS), di mana BMW memiliki basis produksi terbesar, Mertl mengungkapkan tarif tersebut diperkirakan akan menggerus margin keuntungan sebesar 1,25 poin persentase pada 2025.
Di sisi lain, Uni Eropa (UE) berencana menghapus bea masuk atas barang-barang industri dari AS.
Sebagai gantinya, tarif impor mobil Eropa di AS bisa diturunkan dari 27,5% menjadi 15%, dan diharapkan berlaku surut sejak 1 Agustus.
Hal ini memberikan secercah harapan bagi produsen mobil Eropa seperti BMW dalam menjaga daya saing di pasar global.