Nusantaratv.com - YouTube dilaporkan telah melonggarkan kebijakan moderasi kontennya secara diam-diam hanya beberapa minggu sebelum Donald Trump dilantik kembali sebagai Presiden Amerika Serikat, menurut laporan The New York Times.
Perubahan ini memungkinkan moderator untuk tidak menghapus video yang melanggar pedoman komunitas YouTube, termasuk pelarangan ketelanjangan, kekerasan grafis, ujaran kebencian, dan misinformasi yang memicu hasutan, jika konten tersebut dinilai memiliki nilai kepentingan publik.
Jika sebelumnya hanya seperempat isi video yang boleh melanggar aturan agar tetap ditayangkan, kini hingga separuh isi video bisa melanggar dan masih dipertahankan di platform.
YouTube menyebut konten yang berkaitan dengan isu-isu seperti pemilu, ideologi politik, ras, gender, aborsi, imigrasi, dan sensor sebagai materi berkepentingan publik.
Kebijakan ini mulai diterapkan pertengahan Desember, bersamaan dengan pelatihan baru untuk para moderator.
Langkah serupa juga diambil oleh Meta, induk dari Facebook dan Instagram, yang menghentikan program pemeriksaan fakta pada Januari, bulan yang sama saat Trump dilantik kembali.
Sementara itu, X (sebelumnya Twitter) sudah menghapus program pemeriksaan fakta sejak diakuisisi Elon Musk pada 2022, menggantinya dengan fitur Catatan Komunitas.
Tidak seperti Meta dan X yang mengumumkan kebijakan mereka secara terbuka, YouTube tidak mempublikasikan perubahan ini.
Beberapa contoh penerapan kebijakan baru ini termasuk video berdurasi 43 menit tentang kabinet Trump yang mengandung hinaan terhadap transgender, dan sebuah video dari Korea Selatan yang membahas skenario pembunuhan imajiner terhadap politisi dengan guillotine, keduanya tetap tayang dengan alasan tidak menimbulkan ancaman nyata.
Menanggapi laporan tersebut, juru bicara YouTube Nicole Bell menyatakan platform tersebut secara berkala memperbarui Pedoman Komunitas untuk menyesuaikan dengan dinamika konten yang muncul.
Dia menegaskan pengecualian untuk konten bernilai edukatif, dokumenter, ilmiah, atau artistik (EDSA) telah lama menjadi praktik yang diterapkan YouTube untuk menjaga agar informasi penting tetap tersedia, terutama dalam format seperti podcast berdurasi panjang.